Rabu, 28 November 2007

"Rangkaian Melati"

"Rangkaian Melati" ini merupakan kisah keseharian seorang Tokoh (Nisa) yang punya keinginan yang teguh untuk merawat Melati-Melatinya agar tumbuh subur, semerbak dan menebarkan keharumannya? di segenap penjuru bumi. Siapakah gerangan yang Nisa maksud dengan Melati?!..dan apa saja yang ia lakukan agar Melati-Melatinya senantiasa disinari Cahaya dan abadi bersama ridha Ilahi?!..Ikuti kisah-kisah berikut ini.

Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al Anbiya 21:107)

Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al Qalam 68:4)

Wahai Ummul mu'minin, kabarkanlah kepada kami tentang akhlak Rasulullah Saw. Aisyah berkata: Bukankah engkau pernah membaca Al Qur'an?. Jawab: Ya, Kata Aisyah: Akhlak Nabi Allah itu adalah?? Al Qur'an. (HR. Muslim)

Dari Aisyah binti Thalhah bahwasanya Aisyah Ummul mu'minin r.a pernah berkata: tidak seorangpun pernah kulihat mirip ucapan dan cara bicaranya dengan Rasulullah Saw lebih dari Fhatimah. Aisyah r.a berkata: Pernah kulihat ketika Fhatimah berjalan, jalannya itu persis dengan jalannya Rasulullah Saw. Aisyah r.a berkata: tidak kulihat seorangpun yang lebih afdhal sesudah Rasulullah Saw dari Fhatimah. (Thabrani)

"Tetaplah Putih Seputih Melati"

Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (QS. Yaasin 36:36)

"Wahai Allah, dimana tidak ada Tuhan selain diri_Mu Maha Suci Engkau,
Yang menciptakan makhluk_Mu berpasang-pasangan
Siapakah gerangan sahabat sejati yang Engkau pilihkan untukku?
Yang mau berbagi suka dan duka dalam mengharungi hidup ini
Yang mau menemaniku merenda hari-hari untuk beribadah kepada_Mu
Yang menjadikanku kokoh kuat dalam menegakkan kalimat_Mu
Agar..diriku lebih mensyukuri segala nikmat yang telah Engkau berikan Agar..diriku lebih dekat kepada_Mu".

Nisa tertegun mendengar do'a Ayuning di keheningan malam, kerinduan pada sahabatnya itu, memutuskannya untuk menginap semalam di rumah Ayuning. Do'a itupun usailah sudah. Wajah Ayuning bersemu merah, ketika tahu Nisa terjaga dari tidurnya.

"Kamu mendengar do'aku Nisa ?"

Nisa hanya tersenyum memandang Ayuning.

"Apakah do'a itu yang s'lalu Ayu panjatkan pada Allah ?"

Ayuning diam, perlahan titik-titik embun jatuh dari kelopak matanya.

"Aduhai sayang.." Ujar Nisa sambil merangkul sahabatnya. Perlahan ia menyeka air mata Ayuning, setelah agak tenang.

"Ayu.., apa yang menjadi keinginan Ayu itu adalah cita-cita seluruh wanita mukminat di dunia ini. Namun, jikalau ia belum terwujud, itu adalah rahasia Allah, Yang Menciptakan kita, Bukankah Ia menciptakan makhluk_Nya menurut ukuran-ukuran yang telah ditetapkan? kita selaku hamba_Nya hanya bisa berusaha dan ikhtiar, dan hanya Allahlah yang menentukan.

Ayu sayang sama Allah kan?, Ayu cinta sama Allah kan?, sayang dan cinta Ayu pada Allah menjadikan Ayu yakin, Allah akan memilihkan yang terbaik untuk Ayu.

Allah berfirman: Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).? (QS. An Nuur 24:26)

Demi Allah Ayu.., Allah Maha Adil terhadap hamba-hamba_Nya, karena itu, bersyukurlah bahwa Ia masih memberi Ayu kesempatan untuk menjadi wanita yang lebih baik dari sekarang. Tidakkah ingin seperti Fhatimatuz Zahra? Beliau laksana melati di hati setiap insan beriman. Fhatimah tumbuh diantara belukar berduri, namun ia tak pernah peduli. Sepanjang hidupnya hanyalah memberi tanpa pernah berharap menerima. Kehadirannya senantiasa menebarkan keharuman. Semua yang ia lakukan karena cinta, Ayu..karena cintanya pada Allah.

Bukankah itu yang s'lalu Ayu cita-citakan dulu?, karena itu, "Tetaplah Putih Seputih Melati", Ayu..seperti Fhatimatuz Zahra. Betapa dengan sayang_Nya Allah menghadiahkan Beliau seorang pendamping yang sangat baik, Ali bin Abi Thalib. Subhanallah..

Ayu harus kuat dalam mengitari perputaran roda kehidupan ini, karena perkitarannya semakin hari semakin cepat. Jangan pernah berhenti sesaatpun, Ayu.. masih banyak yang perlu Ayu perhatikan, masih banyak yang memerlukan perhatian Ayu!.

Kita datang ke alam ini sendirian, Ayu.. dan kita juga akan pulang sendirian!, ayo.. jangan sedih-sedih lagi, ya...mana senyum manisnya?..".

Ayu tersenyum pada Nisa, dari bibir mungilnya keluar kata, "Tolong do'akan Ayu ya Nisa..".

Nisa membalas senyuman tulus itu, sambil mengangguk ia berkata, "Ia, Ayu..Nisa do'akan".

Mereka berdua sujud syukur pada Allah, melanjutkan malam itu dengan tenggelam akan kerinduan beribadah kepada Allah.

Billaahi taufiq walhidayah Wassalaamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh
Ratna Dewi (wiwi_praty, Qalbu)
----------------------------------------------------------------------------------------

"Melati Itu Semakin Harum Mewangi"

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah 2:216)

"Semua telah berakhir, Nisa! Aku harus menerima kenyataan bahwa dia bukanlah untukku! Walau terkadang aku masih berharap Allah akan merubah segalanya, Namun kecintaanku kepada_Nya membuat aku yakin, bahwa ini adalah yang terbaik yang diberikan_Nya!..

Sebenarnya aku menaruh harapan besar pada hamba Allah yang sholeh itu, Untuk menjadi sahabat yang dapat kuajak bersama mengelilingi perputaran roda ini, Bagaikan Matahari dan Bulan yang silih berganti menerangi alam, Menjadi khalifah (pemimpin) bagi insan taqwa di bumi Allah!, Namun sekali lagi aku sadar, Apa yang menurutku baik belum tentu baik menurut_Nya, Aku tidak tahu apa-apa, sedangkan Allah Maha Mengetahui segalanya! Yang terpenting bagiku kini, menjalani hidup ini bagai air yang mengalir, Jika tiba saatnya nanti, Insya Allah!".

Kata-kata mutiara itu meluncur deras dari bibir Ayuning. Tak ada kesedihan ataupun kekecewaan di sana, melainkan ketegaran!. Setiap keinginan dan perbuatannya hanya dilandasi untuk mengharap keridhaan Allah, begitu pula dalam menghadapi setiap persoalan, ia tak banyak berkeluh kesah melainkan senantiasa tabah dan berusaha menemukan rahasia dibalik cobaan Allah!.

"Apakah pemuda itu tahu perasaanmu, Ayu?", tanya Nisa.

Ayuning tersenyum.

"Ia tahu, Nisa.., dari perbincangan kami yang panjang, dari persahabatan kami yang cukup lama. Aku yakin ia juga merasakan hal yang sama, tapi sudahlah.. Pemuda itu lebih dahulu mengenal wanita itu daripadaku, ia juga memutuskan untuk menikahinya karena petunjuk Allah. Semoga Allah memberkahi pernikahannya dan melimpahkan keberkahan atas pernikahannya".

"Aamiin", Nisa memohon pada Allah untuk memperkenankan do'a Ayuning.

"Mungkin wanita itu lebih baik dan lebih taqwa dariku, ya Nisa?".

Sebelum sempat Nisa berkomentar, Ayu telah meralat ucapannya.

"Tapi bukankah yang berhak menilai baik dan taqwanya seseorang hanyalah Allah?!..".

"Benar, Ayu!..". Nisa membenarkan ucapan sahabatnya, kemudian melirik jam tangan kecilnya.

"Sudah pukul 4 sore, Ayu.., nanti kerumah Panti Asuhannya kemalaman".

Seperti biasa setiap awal bulan, Ayu minta ditemani Nisa mengunjungi anak-anak yatim kesayangannya. tidak ada hal yang terindah dalam hidupnya kecuali melihat wajah-wajah mungil itu tersenyum.

"Ingin rasanya berbuat lebih banyak untuk mereka, Nisa!..tetapi hanya ini yang bisa Ayu lakukan..".

Anak-anak malang yang kehilangan kasih sayang itu menyambut Ayu dengan riang.

"Bunda Ayu datang..Bunda Ayu datang..!".

Ayu senang sekali dipanggil Bunda, mereka mencium tangan Ayu. Ayu merangkul dan mencium mereka, satu-satu dibagiinnya kue cokelat. Nisa ikut membantu.

"Bagaimana keadaanmu Ali?.. 'Ainan?.. Qitri?.. bagaimana sekolahnya?..".

Rentetan pertanyaan terlontar dari bibir Ayuning, seperti Ibu beneran saja. Kemudian ia bercerita tentang kisah Muhammad yang diutus Allah sebagai Rasul untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Anak-anak manis itu ceria sekali mendengarkan cerita Ayuning.

Ketika tiba waktunya pulang, Ayu berkata pada Nisa.

"Semoga suatu saat nanti, Allah memperkenankan Ayu mengasuh salah seorang dari mereka, ya Nisa..".

"Aamiin". Ucap Nisa, dalam hati ia berkata, "Subhanallah..".

Menuju perjalanan pulang, Ayu minta Nisa singgah di toko buah.

"Kita berhenti sebentar, ya.., Ayu mau beliin Bunda buah, Beliau paling senang buah Apel!..".

Ayu sangat memperhatikan ibunya, karena melalui perantara wanita mulia itulah ia mengerti betapa besar kasih sayang Allah kepadanya. Seakan dengan buah Apel yang diberikannya itu mewakili kata hatinya, "Ayu ingin selalu mensyukuri nikmat Allah dengan berbuat baik pada Bunda yang telah mengandung, mendidik dan membesarkan..". Akhirnya merekapun tiba di rumah Ayuning yang sederhana namun asri.

"Assalaamu'alaikum ..." Wa'alaikumussalaam warahmatullaah ..".

Bunda Ayu menyambut keduanya dengan senyuman. Sosok Nisa sudah tidak asing lagi baginya.

"Mari masuk Nisa..". "Iya tante ". Nisa membalas senyum wanita mulia itu.

Ayu memcium tangan Bundanya, kemudian menyerahkan bungkusan Apel. Bunda menerimanya dengan senyum bahagia. "Ayu repot-repot aja..", katanya pada anaknya.

Kemudian Ayu mengajak Nisa ke tempat favorit keluarga, taman bunga. Dengan riang ia mengambil peralatan untuk menyiram kembang-kembang kesayangan ibunya. Ditengah keasyikan bekerja, Ayu kembali mengajak Nisa bicara.

"Kesibukanku membuat aku kurang waktu memperhatikan Bundaku, Nisa!. Terkadang Ayu fikir hidup Ayu ini hanya merepotkan orangtua saja, ingin rasanya senantiasa membuat mereka bahagia, tapi.. hanya hal-hal kecil inilah yang bisa Ayu lakukan!.."

Ayu terdiam sesaat, kemudian..

"Sekarang Ayu mulai mengerti kenapa Allah belum mengizinkan Ayu menikah, Nisa.. Allah ingin Ayu mengabdi pada orangtua dulu..! Bukankah ridha orangtua merupakan ridha_Nya Allah? Ayu juga mulai memahami, bahwa Allah menghendaki Ayu masih sendiri, Agar Ayu lebih menempa diri!, untuk menjadi seorang ibu di muka bumi ini!..".

Subhanallah..walhamdulillaah..walaa ilaaha ilallah..wallaahu akbar..! (Nisa membathin), ia kagum pada kecerdasan sahabatnya membaca Firman Allah dan rahasia cobaan Allah. Tiba-tiba matanya tertegun melihat serumpun melati yang tumbuh subur di taman itu, dalam hati ia berkata.

"Melati Itu Semakin Harum Mewangi", Ya Allah.. Aku memohon pada_Mu.., berikanlah yang terbaik bagi_Mu untuknya.. Aamiin, Ya Rabbal 'aalamiin.
------------------------------------------------------------------------------------------

"Kuncup Melati Itu Telah Mengembang"

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (QS. Al Fhatihah 1:1)

Rasulullah Saw bersabda: Apabila Allah Ta'ala mengasihi seorang hamba, maka dipanggil_Nya Jibril seraya berfirman: "Hai Jibril!, sesungguhnya Aku mengasihi si Fulan, maka kasihi pulalah dia!" Lalu Jibril mengasihi orang itu. Kemudian dia berseru kepada penduduk langit, katanya: Sesungguhnya Allah Ta'ala mengasihi si Fulan, maka kasihi pulalah dia oleh kalian semuanya!. Lalu penduduk langit mengasihi orang itu, kemudian cinta kasih itu sampai kepada penduduk bumi. (HR. Muslim)

Rasulullah Saw bersabda: Allah Ta'ala menjadikan sifat rahmat 100 bagian (prosen). 1 bagian (prosen) diturunkan_Nya ke bumi, dimana dengannya inilah seluruh makhluk berkasih sayang sesamanya, sehingga seekor hewan mengangkat kakinya karena takut anaknya akan terinjak olehnya. Sedangkan yang 99 bagian (prosen) untuk hari kiamat kelak. (HR. Muslim)

"Jangan menangis dong, sayang.., Mba' kan jadi ikutan sedih..". Ucap Nisa lirih pada Yanti yang menangis di pangkuannya.

"Nggak ada yang sayang sama aku, Mba'..".

Nisa tersenyum seraya berkata, "Ah, masa ?.. itu hanya perasaanmu saja, adikku..".

"Orang-orang di sekitarku sepertinya tak mau peduli padaku, Mba', Orangtuaku, saudara-saudaraku, teman-temanku.. Seakan aku hidup sendiri ditengah keramaian peran.. Seakan dunia ini gersang tanpa keteduhan.. Aku rindu kebahagian, ketenangan dan ketentraman hati, Mba'.. Aku rindu kasih sayang...".

Pilu sekali kalimat itu terdengar oleh Nisa, ia berusaha keras menenangkan "Si Lembut Hati" yang berada di pangkuannya. Yanti, anak pertama dari 3 bersaudara yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri. Seandainya saja Mba' punya lebih banyak waktu untuk memperhatikanmu, adikku.., seandainya saja jarak ini tak berbatas untuk kita. Wahai Yang Maha Pengasih, tolong kasihi dia.., Duhai Yang Maha Penyayang, tolong sayangi dia.., Sungguh.. seandainya saja dia mengerti bahwa kasih sayang_Mu padanya melebihi seluruh manusia di dunia ini, niscahya ia tak akan pernah merasa kehilangan kasih sayang.

Nisa memandang Yanti dengan tatapan mata perlahan, ? "Yanti, adikku .. Apakah benar permadani yang terhampar indah ini telah berganti menjadi padang yang gersang seperti yang engkau ungkapkan ? Apakah benar insan dunia ini telah miskin akan rasa kasih sayang ?! Percayalah..! apa yang engkau rasa tidaklah benar, karena mereka menyayangimu dengan pengungkapan rasa yang berbeda.

Adikku .. Cobalah telusuri kembali masa kecilmu, Betapa Ibunda rela mengandungmu dengan keletihan diatas keletihan yang bertambah, Betapa Orangtuamu rela membesarkanmu dari seorang yang tak berdaya apa-apa atas dirinya, menjadi seorang yang mampu menjaga diri, Apakah itu bukan kasih sayang namanya ?..

Mereka tetap setia bersamamu, dibanding meninggalkanmu, Mereka memilih merawatmu daripada membiarkanmu, Mereka rela mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan mereka hanya karenamu, Apakah itu bukan kasih sayang namanya ?..

Kini engkau sudah dewasa, adikku .. Waktu yang berjalan mengharuskanmu berganti peran, Dulu engkau begitu dimanja dan disayang, Kinilah saatnya untuk menyayang, Engkau suri tauladan bagi adik-adikmu, Engkau tumpuan harapan orangtuamu.

Telah banyak yang Beliau berikan, saatnyalah kini untuk memberi, Telah banyak yang Allah anugerahkan, saatnyalah kini untuk mensyukuri dengan berusaha menyajikan yang terbaik bagi hamba-hamba_Nya ..

Adikku .. Lihatlah di tepian telaga yang belum tersentuh air di sana, Betapa banyak mereka yang tak pernah mengenal arti kasih sayang, Jangankan untuk berharap, mengertipun tidak, Karena itu adikku, bersyukurlah..! Bahwa dirimu jauh lebih beruntung dari mereka.

Adakah dirimu ingin Mba' beritahukan sebuah rahasia ?

Bahwa Allah lebih mengasihi seorang hamba_Nya daripada seorang Ibu kepada anaknya.

Bahwa jika Allah telah mengasihi seorang hamba, maka dipanggil_Nya Jibril untuk mengasihi hamba_Nya itu, kemudian Jibril menyerukan kepada seluruh penduduk langit untuk mengasihinya, dan akhirnya cinta kasih itu sampai kepada penduduk bumi.

Bahwa segala bentuk kasih sayang di muka bumi ini hanya diturunkan Allah 1 prosen, dan disimpan_Nya 99 prosen untuk hamba-hamba_Nya di akhirat kelak".

"Subhanallah..walhamdulillaah..walaa ilaa ha ilallah..wallaahu akbar.."

Ucap Yanti, takjub mendengarnya,

"Betapa Maha Pengasih dan Maha Penyayangnya Allah ya, Mba..".

Nisa mengangguk sambil tersenyum. ? "Baru saja Mba' mendapatimu bagai kuncup bunga, adikku .. Kini "Kuncup Melati Itu Telah Mengembang". Insya Allah, Yanti akan melihat dunia ini dengan penglihatan hati yang cemerlang, dan kelak Yanti akan katakan,

"Mampukah aku menyayangi insan dunia ini, seperti Kasih Sayang Yang Telah Engkau berikan kepadaku, Ya Allah ?".

Dari kejauhan, Ayu memanggil Nisa, Tak!..Nisa terjaga dari tidurnya, rupanya ia telah bermimpi, bertemu Yanti, adik yang ingin s'lalu disayanginya.
----------------------------------------------------------------------------------------

"Engkau Harus Bertahan, Melatiku!"

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran 3:31)

Iman yang paling utama adalah bahwa engkau mencintai (seseorang) karena Allah dan membenci (seseorang) karena Allah. (At Thabrani)

"Segar sekali engkau hari ini, Nisa..". Ayuning memandang Nisa yang telah rapi dengan gaun muslimah hijau mudanya, yang dipuji hanya tersenyum dan berkata, "Alhamdulillah, Ayu juga..".

Hari libur sering dimanfaatkan kedua sahabat itu untuk bertukar fikiran, maklum, mereka hanya bisa bertemu sekali dalam seminggu atau bahkan sebulan sekali, karena kesibukan masing-masing. Walaupun demikian, komunikasi tetap berjalan. Keduanya kini sedang asyik bercanda di teras rumah Nisa yang sederhana. Ketika perbincangan sampai ke titik sentral.

"Kenapa tidak semua wanita Islam berusaha mencontoh Fhatimatuz Zahra, ya Ayu?" tanya Nisa penuh keheranan. "Mereka semua ibarat bunga dengan seribu satu macam warnanya. Tapi bukankah tetap Melati sebagai simbol kepribadian yang terindah? jumlah itu semakin langka kini, dan akankah mereka segera musnah ataukah memilih bersembunyi agar bisa menjaga diri?!".

Pertanyaan yang cukup menggigit itu terlontar dari bibir Nisa, dan Ayu mulai menanggapinya.

"Jangan tanya kenapa Nisa.. tapi cobalah untuk mengerti akan keadaan sesungguhnya!. Banyak faktor yang menyebabkan mereka seperti itu. Didikan keluarga, lingkungan sekitar, dan pendidikan yang salah menjadikan mereka tidak mengerti apa sebenarnya tanggung jawab mereka di bumi ini. Simbol Melati terlalu sederhana, sedangkan masih banyak bunga lain yang lebih menarik dan mempesona, tentunya setiap wanita menginginkan yang terbaik untuk dirinya, bukan? karena itulah, sebagian besar dari mereka memilih menjadi bunga-bunga yang lain".

"Yach, menurut mereka baik tetapi tidak baik menurut Allah!". Nisa menghela nafas. "Nisa sediih, Ayu..".

Ayu tersenyum. "Kesedihan tidak menyelesaikan masalah, Nisa.."

Kembali Nisa berusaha minta pendapat sahabatnya.

"Kenapa mereka tidak menyadari bahwa mereka tengah dimanfaatkan?.. seharusnya dengan kekuatan rasa yang mereka punya, menjadikan mereka cerdas untuk mencintai diri dan mewujudkan akhlak bunga negeri ini!? namun.. rasa itu dipalingkan salah oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab!".

Kali ini Ayu mulai serius menanggapi keluhan Nisa.

"Iya.., seharusnya dengan kelebihan rasa itu mereka mencintai Allah lebih dari segala yang ada di dunia ini, Mencintai Allah dengan mengikuti Rasul_Nya yang berakhlak Qur'ani (akhlak Fhatimatuz Zahra). Mencintai Allah dengan membuktikannya melalui amalan perbuatan yang dicintai (diridhai) Allah dan menghindari segala perbuatan yang dibenci Allah. Kita harus memikirkan bagaimana cara merangkul mereka dengan sedaya upaya kita, Nisa.. dengan kunci kesabaran, ketekunan, dan menyerahkan segalanya pada Allah".

Kalimat-kalimat Ayu terasa sejuk di Qalbu Nisa. Seketika semangatnya bangkit kembali.

"Mudah-mudahan apa yang menjadi keinginan kita dikabulkan Allah, ya Ayu.. dengan perlahan menyadarkan mereka akan pentingnya akhlak Qur'ani, semoga bunga-bunga itu akan disegani dan dihormati!".

"Aamiin". Ucap Ayu. Perlahan ia mengambil gitar, mengisyaratkan Nisa untuk bernyanyi. Nisa menyenandungkan syair gubahannya. Petikan gitar Ayuning menambah keindahan lagu itu.

"Kau yang s'lalu kurindu.., Kau yang s'lalu kuingin.., kuharap setiap waktu.., dalam Qalbuku.. Kau yang s'lalu kucinta.., kau yang s'lalu kupuja.., kudamba setiap waktu.. dalam hidupku..

Subhanallaah.., walhamdulillaah.., walaa illaa ha ilallaah.., wallaahu akbar.. 2x

Kala kupandang bintang.., jauh di atas awan.., betapa indah ciptaan_Mu Tuhan.. Kala kutatap dunia.., dan seluruh isinya.., betapa besar.., kuasa_Mu, Tuhan..".

Subhanallaah.., walhamdulillaah.., walaa illaa ha ilallaah.., wallaahu akbar.. 2x

Lagu itupun berakhir sudah, digantikan dengan alunan suara Adzan.

"Suara Adzan itu lebih indah dari nyanyian kita, Ayu..dan suara insan yang membaca Qur'an, jauh lebih indah dari seluruh alam semesta ini!".

Nisa dan Ayuning bergegas memenuhi panggilan Ilahi. Usai shalat dan berdo'a, Nisa menghampiri meja kerjanya, ada tumpukan surat-surat melati (sahabatnya) di sana, yang menceritakan suka duka perjuangan mereka menghadapi kejamnya zaman dan keterpurukan akhlak insan. Tak terasa air mata Nisa menitik, ia mendekap lembut surat-surat itu seakan merangkul semua melati-melatinya, dalam Qalbu ia berkata,

?"Engkau Harus Bertahan, Melatiku!".?

Ayu terharu melihat sahabatnya, kemudian menghampiri seraya berbisik. "Jangan sedih dan jangan takut, Nisa.. Allah senantiasa melindungi dan menolong hamba-hamba_Nya!".